Pengurangan Konsumsi Gula Bisa Kurangi Dampak Lingkungan, Bagaimana Bisa?
SV388  Situs Resmi Sabung Ayam Online Terpercaya

SV388 Situs Resmi Sabung Ayam Online Terpercaya

Pengurangan Konsumsi Gula Bisa Kurangi Dampak Lingkungan, Bagaimana Bisa?

Diperbarui:2024-11-29 08:17    Jumlah Klik:135

Ilustrasi satu sendok teh gula pasirFoto: Pixabay/congerdesignJakarta -

Konsumsi gula global telah meningkat hingga empat kali lipat dalam 60 tahun terakhir. Lonjakan ini tidak hanya meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kronis, tetapi juga memengaruhi lingkungan secara signifikan.

Meski gula hanya menyumbang sekitar 8 persen dari total kalori tubuh dan minim nutrisi, pengurangan konsumsi gula sebesar 20 persen saja diperkirakan dapat menghemat biaya kesehatan hingga US$ 10,3 miliar.

Namun, dampaknya tidak berhenti pada kesehatan. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa mengurangi konsumsi gula juga dapat membawa perubahan besar bagi lingkungan. Bagaimana bisa?

Baca juga: 11 Contoh Simbiosis Mutualisme dan PenjelasannyaBaca juga: 10 Negara yang Punya Program Makan Bergizi di Sekolah, Ini Menunya

Untuk itu, simak penjelasan ahli berikut ini.

Pengurangan Konsumsi Gula

Studi berjudul The Environmental and Social Opportunities of Reducing Sugar Intake, yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada September 2024 oleh Alon Shepon dan kawan-kawan, menunjukkan bahwa pengurangan gula dapat berdampak baik bagi lingkungan dan planet.

Profesor pangan dari Universitas Oxford sekaligus peneliti dalam studi, Paul Behrens, menjelaskan bahwa pengurangan konsumsi gula secara tidak langsung dapat menghentikan produksi gula yang banyak memakan lahan, yang selanjutnya berdampak bagi lingkungan.

Dalam studi ini, Behrens dan timnya melakukan evaluasi terhadap dampak konsumsi gula terhadap lingkungan, dan bagaimana pengurangan konsumsi gula dapat bermanfaat bagi lingkungan secara signifikan.

Menurut Behrens, produksi gula selama ini dilakukan dengan mengalihfungsikan lahan liar yang banyak menyimpan karbon. Peningkatan konsumsi gula secara terus menerus dapat menyebabkan banyak lahan liar yang dialihfungsikan menjadi tempat produksi gula.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi gula dengan cara mengalihkan penggunaan gula untuk menghasilkan protein nabati dapat membantu mengurangi dampak lingkungan, karena gula dinilai menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan daging hewan.

"Kami memperkirakan bahwa jika protein ini menggantikan ayam, emisi dapat berkurang hingga hampir 250 juta ton, dan kita akan melihat penghematan yang lebih besar jika mengganti daging sapi," jelas Behrens dikutip dari Science Alert.

Pengalihfungsian Gula

Penelitian ini juga menemukan potensi gula sebagai bahan dasar bioplastik, yang dapat menggantikan hingga 20% dari pasar polietilena global.

Polietilena adalah jenis plastik yang biasa digunakan untuk kemasan dan pipa. Pengurangan polietilena ini dapat berguna dalam mengurangi ketergantungan pada plastik yang dibuat dengan minyak bumi.

Selain itu, gula dapat dimanfaatkan untuk memproduksi biofuel, seperti etanol, yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar konvensional.

Dengan demikian, penelitian ini mengungkapkan bahwa pengurangan konsumsi gula oleh manusia, dengan mengalihfungsikan penggunaannya terhadap sektor lain dapat secara signifikan mengurangi emisi yang berdampak bagi lingkungan.

"Kita tidak bisa langsung mengubah cara produksi dan konsumsi gula. Namun, dengan mencari penggunaan alternatif, kita bisa menunjukkan potensi manfaat lingkungan dan membantu pembuat kebijakan merancang langkah yang lebih ramah sumber daya, sambil meningkatkan kesehatan masyarakat," tutur Behrens.

Baca juga: Benarkah Diet Mediterania Bisa Bantu Memperlambat Penuaan Otak? Ini Kata Studi 20DVideo: Awas Diabetes! Ayo Batasi Anak Konsumsi Makanan-Minuman Manis20DVideo: Awas Diabetes! Ayo Batasi Anak Konsumsi Makanan-Minuman Manis(nwy/nwy)

SV388 Situs Resmi Sabung Ayam Online Terpercaya

Foto: Pixabay/congerdesignJakarta - Konsumsi gula global telah meningkat hingga empat kali lipat dalam 60 tahun terakhir. Lonjakan ini tidak hanya meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kronis, tetapi juga memengaruhi lingkungan secara signifikan